Aplikasi tersebut akan dirilis bulan Juni 2015. Dengan aplikasi ini pengguna dapat mengisi ulang kartu prabayarnya dengan langsung, bahkan mungkin akan mendapat bonus seperti tambahan pulsa, kupon, bahkan hadiah bergaransi. menyenangkan bukan?
Founder OnOnPay Sỹ Phong Bùi mengatakan bahwa sistem yang mereka usung dapat memangkas waktu lebih cepat dan efisien. “Ketika melakukan isi ulang di toko ritel di Vietnam, pengguna setidaknya menghabiskan enam menit, termasuk perjalanan menuju lokasi. Dengan OnOnPay, pengisian pertama hanya menghabiskan satu menit, dan selanjutnya hanya memerlukan waktu 10 detik.”
Aplikasi ini memiliki fitur notifikasi bila saldo anda sudah minim atau hampir habis dan juga bila ada promosi. Pengguna juga bisa memakainya di beberapa nomor telepon dan juga melakukan pengisi ulang yang terjadwal. Ia juga berkata bahwa akan menambahkan fitur transfer antar rekening. Ia menambahkan bahwa “Semakin banyak fitur yang ditawarkan, akan semakin mudah digunakan,” .
Sỹ yakin bahwa sekarang adalah waktu yang tepat bagi OnOnPay. Terlebih lagi pengguna smartphone semakin bertambah dengan pesat. Ia memperkirakan terdapat lebih dari 3,5 juta pelajar, pekerja kantoran, dan penggila belanja di Vietnam yang bisa diarahkan untuk berbelanja online.
Karena alasan itu ia berani mentargetkan 25 juta pengguna di Vietnam, sebagai pasar yang menjanjikan. “OnOnPay dapat menjadi penghubung bagi para pemilik smartphone, jaringan 3G, dan mereka yang bisa melakukan pembayaran online.”
Enam persen setiap transaksi
Lalu bagaimana mereka mendapatkan pemasukan? Di tahap awal, Sỹ memperdiksi mendapat USD28,80 (Rp375.000) dari tiap konsumen selama masa pemakaian. OnOnPay mengambil bagian enam persen dari transaksi yang dilakukan (berarti nilainya sekitar USD8 (Rp104.000)). Sỹ memprediksi bahwa setiap konsumen isi ulang sebulan 5 kali dalam 1 tahun (yang menjadi masa aktif nomor telepon di Vietnam).
Ia ingin di masa depan memiliki penghasilan yang lebih tinggi (hingga USD38,40 (Rp500.000)) setelah melakukan kerja sama dengan perusahaan telekomunikasi agar mendapat margin lebih besar. Jika semuanya berhasil, dalam beberapa tahun ia akan berhasil mengantongi USD7 juta (Rp91,3 miliar) hingga USD10 juta (Rp130 miliar). Memang nilainya relatif kecil untuk ukuran pasar global, namun perlu dicatat bila angka ini baru didapat dari pasar Vietnam.
Vietnam nampaknya adalah salah satu pasar potensial untuk ide seperti ini, terlebih lagi pemain di ranah lokal masih terbilang sedikit. Layanan serupa lainnya juga sudah mulai bermunculan di tiap-tiap negara, seperti FreeCharge (yang baru saja diakuisisi oleh SnapDeal dan PayTM yang berkembang cepat di India. Kecepatan ekspansi regional akan menjadi faktor penentu bagi OnOnPay jika ingin menjadi besar.
Menariknya, Sỹ melakukan strategi pemasaran terbalik dengan lebih dulu menggandeng pengguna mobile. Pihaknya berencana untuk membuka sejumlah kios di titik yang banyak dikunjungi orang, program refferal, dan Google AdWords.
Lebih lanjut Sỹ juga telah mempersiapkan strategi lainnya, dengan mulai melakukan pendekatan dengan salah satu perusahaan penyedia layanan telekomunikasi dan berharap bisa menjalin kerja sama di tahun ini. Ia juga berencana untuk menetapkan biaya customer acquisitio costs (CAC) senilai USD1,60 (sekitar Rp20.000), yang tentunya terkesan ambisius.
Dalam menjalankan bisnis ini Sỹ dan timnya yang terdiri dari 14 orang sudah menerima dana dari angel investor. Meski demikian, mereka tetap menargetkan bisa mendapat biaya operasional tambahan sebesar USD700.000 (Rp9,13 miliar).
Sumber: Techinasia di edit oleh Dery Andrian Pratama
0 komentar:
Posting Komentar